18.40
0


Ganguan bipolar atau sering disebut juga dengan manic - depresi merupakan kelainan pada otak yang menyebabkan ketidak normalan pergantian mood, energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian. Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang terganggu.Seseorang yang mengidap Bipolar Disorder biasanya sering merasa euphoria berlebihan (mania) dan mengalami depresi yang sangat berat. Periode mania dan depresi ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu maupun bulan. Ini semua tergantung masing-masing pengidap.Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama dari gangguan ini.
Jika dijabarkan secara sederhana pengertian bipolar disorder adalah munculnya perasaan berbeda antara dua kutub yang bertentangan.  Suasana hati buruk dan suasana hati baik, datang silih berganti dalam waktu yang berdekatan dan cepat, tanpa ada pemicu sebelumnya, Kadang penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut sebagai mood meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau episode manik atau hipomanik.
Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas dan mental berkurang (episode depresi).Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik.Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood tinggi dan rendah, saling bergantian. Misalnya dari sedih, mudah tersinggung, marah, dan  depresi kemudian tiba-tiba berubah menjadi senang, bahagia dan gembira berlebihan, seakan tak ada masalah.
   Bipolar disorder sering dialami oleh remaja yang beranjak dewasa atau dewasa muda. setidaknya setengah dari kasus dimulai sebelum umur 25 tahun. beberapa orang memiliki gejala - gejalanya bahkan sejak kanak - kanak, sementara beberapa orang sisanya mengalami gejala - gejalanya lebih lama. Bipolar disorder tidak mudah dikenali saat kelainan ini dimulai. gejalanya terlihat seperti masalah - masalah yang berbeda, tidak tampak seperti bagian dari masalah lain yang lebih besar. beberapa orang menderita kelainan ini sampai bertahun - tahun sampai akhirnya terdiagnosis dan mendapatkan terapi. Seperti diabetes dan penyakit jantung, bipolar disorder adalah kelainan jangka panjang yang harus di awasi dan di manage seumur hidup.
a. Gejala-gejala dari mania atau episode manic:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
  •      Periode yang panjang dari perasaan "puncak", atau suasana hati yang sangat gembira atau ramah
  •      Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi, merasakan "jumpy (gelisah)" atau "wired".
Perubahan-Perubahan Kelakuan
  •        Berbicara sangat cepat, melompat dari satu idea ke yang lainnya, mempunyai pemikiran-  pemikiran yang bergegas-gegas
  •        Sangat mudah dikacaukan
  •        Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang meningkat, seperti menerima proyek-proyek baru
  •         Menjadi gelisah
  •         Tidur yang sedikit
  •         Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik pada kemampuan-kemampuan seseorang
  •         Berkelakuan secara impulsif dan mengambil bagian pada banyak kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti membelanjakan sprees, seks yang impulsif, dan investasi-investasi bisnis yang impulsif.


b. Gejala-gejala dari episode depresi:
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
  •      Periode yang panjang dari perasaan khawatir atau kosong
  •      Kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah dinikmati, termasuk seks.
Perubahan-Perubahan Kelakuan
  •      Merasa lelah atau "slowed down"
  •      Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan-keputusan
  •      Menjadi gelisah atau teriritasi
  •      Merubah kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang lain-lain
  •      Memikirkan kematian atau bunuh diri, atau mencoba bunuh diri.
c. Gejala-gejala dari episode hipomania :
              Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusion. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder adalah sebagai berikut.

1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.
d. Gejala-gejala episode campuran (Mixed state episode) :
           Dalam konteks bipolar disorder, mixed state adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantin dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan halusinasi .Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut.
  1.      Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan melakukan bunuh diri  kepada orang-orang di sekitarnya.
  2.      Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
  3.      Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
  4.      Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon.
        Isu Yang Muncul Dalam Intervensi
    Pada penderita Bipolar Disorder, disebabkan adanya kekacauan  antara dua kutub yang bertentangan , sehingga ketika seorang  Pekerja Sosial melakuakan  intervensi  bisa jadi Klien tersebut sedang mengalami hipomania yakni Klien tersebut  yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusion. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa ketika Klien berada pada kutub Hipomania inilah yang akan menyulitkan Pekerja Sosial yang akan mengira Intervensinya telah berhasil, padahal belum semestinya.


          Intevensi  Peksos Terhadap Klien Pengidap Bipolar Disorder
1.      Broker
Pekerja Sosial disini juga berperan sebagai Broker yang menghubungan Klien Bipolar dengan bantuan medis, adanya kebutuhan Klien akan obat-obat untuk pengidap Bipolar,   
Obat  tersebut  biasanya mengurangi intensitas perubahan suasana hati dan biasanya mengembalikan orang tersebut ke tingkat yang lebih normal berfungsi. Lithium, Depakote dan carbamazepine adalah obat-obat umum dalam grup ini. Mereka juga sangat penting untuk membantu orang mencegah gejala-gejala dari datang kembali setelah mereka dikendalikan.
Antidepresan yang diresepkan untuk orang dengan gejala depresi. Ini mungkin termasuk perasaan sedih dan depresi serta melambat, perilaku lamban. Obat-obat ini membantu tubuh mendapatkan kembali energi sehingga orang tersebut memiliki lebih tertarik pada kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Pekerja Sosial akan berkonsul dengan dokter yang dapat menangani Klien pengidap Bipolar.
2.      Terapi psikologis
                 Terapi psikologis yang dilakukan oleh Pekerja Sosial  untuk gangguan bipolar dapat menunjang obat-obatan yang telah diberikan. Melalui metode ini diharapkan kesembuhan Klien bisa tercapai secara lebih efektif.Di dalam terapi psikologis, Klien akan dikenalkan dengan masalah kejiwaan yang sedang mereka alami. Klien juga akan diajak mengidentifikasi hal-hal yang dapat memicu terjadinya episode suasana, baik itu dalam bentuk pemikiran maupun perilaku Klien. Setelah faktor pemicu gejala diketahui oleh pekerja sosial akan membimbing Klien untuk mau mengubah pemikiran dan perilaku negatif mereka tersebut menjadi positif. Melalui metode yang dinamakan terapi perilaku kognitif ini, Klien juga akan diajari cara menanggulangi stres secara efektif, serta diberi nasihat-nasihat seputar pola makan, tidur, dan olahraga yang baik untuk kesehatan.


3.      Intervensi Keluarga
    Intervensi Keluarga dapat membantu dalam peningkatan komunikasi di antara anggota keluarga, membantu orang dengan Klien pengidap bipolar memahami manfaat minum obat mereka secara konsisten dan belajar strategi untuk mencegah kambuh. Dalam hal ini jenis pengobatan, anggota keluarga bisa merasa didukung dan individu dengan penyakit dapat belajar cara-cara baru untuk mempertahankan pemulihan. perawatan tersebut dapatl membantu Klien dan anggota keluarganya untuk lebih memahami penyakit bipolar sehingga pemulihan dapat dicapai lebih cepat. Dalam jenis pendekatan, individu dengan penyakit dan anggota keluarga mereka dapat berharap untuk mendiskusikan topik-topik seperti menerima penyakit, mengidentifikasi tanda-tanda peringatan awal akan terjadi kesulitan, belajar untuk mengatasi perubahan mood, obat pemahaman dan tempat untuk menemukan diri membantu kelompok-kelompok dan mengakses pekerjaan atau pelatihan sumber daya.
      Dalam intervensi ini tidak hanya Klien yang terlibat melainkan keterlibatan keluarga dalam terapi psikologis juga bisa sangat membantu. Tujuannya adalah agar keluarga memahami kondisi yang dialami Klien sehingga bisa bekerja sama untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam rumah tangga yang mungkin saja menjadi penyebab gangguan bipolar, serta mencari jalan keluarnya.

Layanan/ Lembaga Di Indonesia
       Di Indonesia sendiri belum ada layanan bagi penderits Bipolar Disorder.

Contoh Kasus Pengidap Bipolar Disorder
Virginia Woolf adalah novelis Inggris yang dianggap salah satu tokoh terbesar sastra modernis dari Abad ke-20. Pukulan berat yang ia rasakan bertubi-tubi -- depresi, terjadinya Perang Dunia II, rumahnya di London yang hancur dalam pemboman, dan sambutan dingin yang diberikan pada biografi yang ditulisnya tentang sahabatnya Roger Fry -- membuatnya terpuruk. Ia merasa tak punya daya untuk bekerja.
Hingga akhirnya pada 28 Maret 1941, saat usia 59 tahun, ia mengenakan mantelnya, mengisi kantung baju dengan batu, berjalan menuju Sungai Ouse dekat rumahnya, dan menenggelamkan diri. Jasadnya baru ditemukan pada 18 April 1941.
Berdasarkan buku harian dan surat-suratnya yang kelam, sejumlah ahli yakin, sang novelis menderita manik depresif. Dalam artikel yang diterbitkan tahun 2004 oleh psikolog Katherine Dalsimer disebut, berubahnya mood secara ekstrem dalam kasus Woolf bisa didiagnosis sebagai bipolar disorder saat ini

       Referensi :

  •   Nevid, S, Jeffrey; Rathus, A, Spencer. 2003. Abnormal Psychology in a Changing World. 5th. Edition. Upper Saddle River. New Jersey 07458 (https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Bipolar+Disorder, diakses, 16 November 14, pukul 08:40) 
  •   http://www.healt.com, 11 pesohor dunia yang dikaitkan dengan gangguan bipolar, seperti Liputan6.com salah satunya Virginia Woolf termasuk Marshanda. (diakses 16  November 14, pukul 09:25)






0 komentar: