Hari
itu terasa berat dalam diri, dimana amanah yang berat versi anak bontot yang
musti aku terima, entah dari awal memang sudah menolaknya, salahkan dengan sikapaku
ini? aku sadar diri bahwa amanah itu terlalu berat dan pertanggung jawabannya
pun gak sepele, entah waktu itu aku mendapat suatu argumen penguat bahwa
“kita akan melakukannya bersama-sama” (kata
seorang teman)
Amanahku bukan hanya dalam batangmu saja
kawan…tapi masih banyak batang-batang lain yang harusku pertanggung jawabkan,
okelah saat ini memang amanah ini sudah hampir tuntas, tapi apa yang aku dapat??
Kecewa?
Kecewa
dengan siapa?? Siapa yang tak pernah ada kabar mengenai progress amanah ini?,
siapa yang membalas pesan penting dengan
jawaban “ aku capek” ! tanpa ada kabar lain? Siapa yang menyanggupi aku yang
akan menjalankan “ tapi tak ada
pertangung jawaban setelahnya “ sepertinya goresan pena dalam kertas itu tak
penting lagi …
Enyahlah
materi-materi itu baik-baik kawan,, aku tak butuh berapa banyak teori yang kau
hafal, berapa banyak siroh nabi, sahabat, tabiin yang kau hafal,yang aku butuh
hanya aplikasi kalian dalam mengambil ibroh dari tiap’’nya …..
Aku
tahu,, ini hanyalah suatu yang wajar dari rentetan proses perjuangan,karena
ujian ini adalah proses “kuliah gratis” bagi peningkatan kuliah keimanan seseorang,
yang dimana ujian dan beban ini merupakan pembenar akan benar tidaknya
keteguhan, kesungguhan dan kejujuran seseorang.(Kata “nya” dalam balutan pena malam
ini)
Aku tahu kawan, kita
hidup juga masalah,apalagi ketika kita menempatkan sesuatu ditempat yang
salah,,lalu bagaimana kawan agar aku bisa menikmati semuanya?aku buka
nasehatnya dalam balutan buku yang telah lama aku tata dengan rapi, aku dapati
resep yang Rasul tawarkan….
Dari
Anas Bin Malik dari Nabi,, beliau bersabda “ Tiga perkara yang apabila ada pada
diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman : Dijadikannya Allaah dan
Rasul- Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang,
dia tidak mencintainya kecuali karena Allaah, Dan dia benci kembali kepada
kekufuran seperti dia benci bila
dilempar ke neraka “
(Muttafaq
Alaih)
Para ulama menyebutkan
bahwa yang dimksud dengan manisnya iman adalah merasakan nikmatnya taat, dan
sabar dalam menanggung beban demi memperjuangkan syariat agama, dimana ia lebih
mengutamakan perkara ini disbanding kemikmatan dunia (Syarh Imam An Nawai dan
Fathul Bari 1/61)
Hemmmmm,, sepertinya memang
harus merenung, belajar dari hadis tersebut,,
Wallaahu a’lam,…
0 komentar:
Posting Komentar